Beranda | Artikel
Penjelasan Hadits Adab dan Akhlaq Bulughul Maram: (2) Keutamaan Akhlak Mulia
Jumat, 24 Maret 2017

Terlalu banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan akhlak yang mulia. Diantaranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no 1162)

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)

Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang. 

Berikut ini hadits-hadits shahih yang senada dan menguatkan hal ini.  

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap istriku”

خَيْرُ الأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُم لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, adalah yang terbaik bagi sahabatnya. Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik bagi tetangganya”

خَيْرُ الْمُسْلِمِيْنَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Sebaik-baik muslim adalah yang kaum muslimin selamat dari keburukan lisan dan tangannya”

خَيْرُ النَّاسِ خَيْرُهُمْ قَضَاءً

“Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik dalam melunasi hutangnya”

خَيْرُ النَّاسِ ذُو الْقَلْبِ الْمَحْمُوْمِ وَاللِّسَانِ الصَّادِقِ، قِيْلَ: مَا الْقَلْبُ الْمَحْمُوْمُ؟ قَالَ: هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ الَّذِي لاَ إِثْمَ فِيْهِ وَلا بَغْيَ وَلاَ حَسَدَ

“Sebaik-baik manusia adalah yang memliki hati yang tersapu (bersih) dan lisan yang jujur”. 

Ditanyakan kepada Nabi, apa maksud hati yang tersapu (bersih)?. Nabi menjawab : “Yaitu hati yang bertakwa dan bersih, tiada dosa padanya, tiada kezoliman dan tidak hasad”

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلاَمَ

“Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makanan dan menjawab salam”

خَيْرُ مَا أُعْطِيَ النَّاسَ خُلُقٌ حَسَنٌ

“Pemberian terbaik yang diberikan kepada manusia adalah akhlak yang baik”

Hadits-hadits di atas menunjukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkaitkan “muslim terbaik” dengan perilaku dan perangai akhlak yang mulia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

“Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat malam dengan sebab akhlaknya yang baik” (HR Abu Dawud no 4798)

Hadits ini menunjukkan bahwasanya bisa jadi seseorang kurang dalam amal ibadatnya seperti puasa dan sholat malam, akan tetapi dengan akhlaknya yang mulia ia bisa menyamai orang yang senantiasa puasa sunnah dan sholat malam. Bagaimana lagi jika ia rajin beribadah sekaligus dibarengi dengan akhlak yang mulia?

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)

Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk melakukan amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat. Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita untuk beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia merupakan amal ibadah yang sangat berat timbangannya pada hari kiamat.

Dan diantara keutamaan akhlak yang terbaik sebagaimana perkataan Abdurrahman bin Nashir as-Si’diy :

وَإِنَّهُ فِي نَفْسِهِ عِبَادَةٌ عَظِيْمَةٌ تَتَنَاوَلُ مِنْ زَمَانِ الْعَبْدِ وَقْتًا طَوِيْلاً، وَهُوَ فِي رَاحَةٍ وَنَعِيْمٍ، مَعَ حُصُوْلِ الأَجْرِ الْعَظِيْمِ

“Dan sesungguhnya akhlak mulia itu sendiri pada dasarnya merupakan ibadah yang agung yang mencakup waktu yang panjang dari seorang hamba, sementara sang hamba dalam ketenteraman dan kebahagian, disertai memperoleh pahala yang besar” (risalah “Husnul Khuluq”)

Sungguh benar perkataan beliau, karena seorang hamba hampir terus menerus dalam kondisi berinteraksi dengan orang lain, jika ia berhias dengan akhlak yang mulia maka pahala akan terus menerus mengalir kepadanya. Di luar rumah ia bertemu dengan teman kerjanya, atau bosnya, di rumah ia bertemu dengan istrinya dan anak-anaknya, demikian juga bertemu dengan orang tuanya, di pasar ia bertemu dengan para penjual, dan seterusnya. Jika akhlak yang mulia telah terpatri dalam dirinya maka sungguh pahala terus akan mengalir kepadanya tatkala ia bermuamalah dengan orang-orang tersebut.

Demikian juga beliau mengingatkan bahwa akhlak yang mulia itu sendiri merupakan ibadah yang agung. Karena sebagian orang merasa sedang beribadah tatkala sholat, membaca al-Qur’an, tatkala sedang berpuasa, dan berdzikr, akan tetapi terkadang lupa bahwa berakhlak mulia ternyata merupakan ibadah yang agung.

Beliau juga mengingatkan bahwa orang yang berakhlak yang mulia senantiasa dalam kondisi tenteram dan bahagia. Karena orang yang berakhlak mulia hatinya bersih jauh dari kesengsaraan. Orang yang berakhalak mulia adalah orang yang mudah memaafkan, bukan pendendam, tidak temperamental, ringan tangan membantu orang lain, tidak pelit, tidak hasad, qona’ah, tidak suuzon, dll. Orang yang seperti ini adalah orang yang bahagia dalam kehidupannya. Sementara orang yang berakhlak buruk adalah orang yang sangat menderita batinnya, karena ia seorang yang pendendam, pemarah, pelit, suka suuzon, tukang hasad dan tukang hasud, dll. Ini adalah orang yang sangat menderita kehidupannya, orang yang sengsara, dan juga membuat orang-orang di dekatnya (seperti anak dan istrinya atau suaminya) ikut menderita dan sengsara. Berbeda dengan orang yang berakhlak yang mulia, ia bahagia dan membuat orang-orang disekitarnya juga ikut berbahagia.

Buku yang ada dihadapan anda ini adalah usaha kecil untuk menjelaskan hadits-hadits yang berkaitan dengan akhlak mulia dan adab-adab Islam. Dan buku ini sebenarnya adalah kumpulan transkrip “ceramah singkat” (yang berdurasi sekitar lima hingga sepuluh menit untuk setiap ceramah) yang penulis sampaikan sekitar setiap sepekan dua kali kepada anggota group whatsapp BIAS (Bimbingan Islam) tentang penjelasan Kitabul Jami’ dari Bulughul Maroom karya Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqolaani rahimahullah.

Tentunya namanya “ceramah singkat” maka pembahasannya tidak bisa meluas dan melebar, dan penulis hanya menyampaikan poin-poin yang menurut penulis penting untuk disampaikan. Bagi penulis yang terpenting meskipun singkat akan tetapi berusaha untuk diamalkan dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena memang materi yang tercantum dalam buku ini kebanyakannya berkaitan dengan praktik-praktik dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Semoga buku ini bermanfaat bagi pembacanya dan terutama bagi penulisnya, dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa penulis dan juga para pembaca, dan diangkat derajatnya oleh Allah pada hari kiamat kelak, aamiin ya Robbal ‘aalamiin.

Tidak lupa penulis menghaturkan banyak terima kasih dan “jazaahumullahu khoiron” kepada para ikhwan dan akhwat yang telah meluangkan waktu untuk mentranskrip “ceramah-ceramah singkat” tersebut dengan transkrip yang baik dan teliti. Semoga Allah membalas kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

Saran dan kritik yang membangun selalu ditunggu oleh penulis, dan bisa ditujukan ke andirja.firanda@gmail.com

Insya Allah penulis akan terima dengan dada yang lapang. Sebagaimana perkataan sebagian salaf : 

رَحِمَ اللَّهُ مَنْ أَهْدَى إلَيَّ عُيُوبِي فِي سِرٍّ بَيْنِي وَبَيْنَهُ

“Semoga Allah merahmati orang yang menghadiahkan (menunjukkan) kepadaku kesalahan-kesalahanku secara rahasia antara aku dan dia” (Al-Aadaab Asy-Syar’iyah karya Ibnu Muflih 1/361)

Akhinya kita hanya panjatkan do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meraih akhlak yang mulia.

اللّهُمَّ اهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ 

Ya Allah tunjukanlah kepada kami untuk berhias dengan akhlaq yang terbaik karena tidak ada yang dapat menunjukkan kami kepada hal itu, kecuali Engkau, dan jauhkanlah kami dari akhlaq yang buruk dan tidak ada yang dapat menjauhkan kami darinya kecuali Engkau.

Semoga kita bisa termasuk dalam orang-orang yang memperoleh janji Nabi dalam sabdanya :

« أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ »

Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berada di atas kebenaran, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan sebuah rumah di tempat tertinggi di surga bagi siapa yang membaguskan akhlaqnya. (HR Abu Dawud No. 4802 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, No. 1464)

Bersambung…

 

Jakarta, 26-06-1438 H / 25-02-2017
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1735-penjelasan-hadits-adab-akhlaq-bulughul-maram-2-keutamaan-akhlak-mulia.html